Sabtu, 24 Maret 2012

Imam Abdullah Ba 'Alawy bin Imam Alwi Al-Ghuyur Ra

Nasab Imam Abdullah Ba’alawy

Imam Abdullah Ba 'Alawy bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Abdullah bin Alwi lahir di Tarim tahun 738 hijriyah. Beliau belajar tafsir , hadits dan tasawuf kepada kakek dan ayahnya, Imam Ahmad bin Abdurahman bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath, Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Beliau seorang yang zuhud, wara' dan menempati maqom wali besar yang terkumpul padanya ilmu-ilmu syariah dan hakikat. Disamping belajar di Tarim, beliau juga belajar kepada Syaikh Umar bin Maimun di Yaman dan setelah itu beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 670 hijriyah. Di Makkah, para penduduk di sana meminta kepada Imam Abdullah untuk berdoa agar hujan segera turun di kota itu. Maka dengan izin Allah swt hujan pun turun di Makkah. Banyak penduduk Makkah yang belajar ilmu kalam dan ilmu tasawuf kepadanya.
Setelah lama tinggal di Makkah, penduduk Tarim meminta beliau untuk pulang ke negerinya. Maka ia pun pulang ke Tarim melalui kota Zubaidi dimana kota tersebut banyak berkumpul para ulama besar, kemudian beliau ke kota Taiz dan kota Akur untuk berziarah kepada Syaikh Umar bin Maimun. Akan tetapi ketika sampai di kota tersebut beliau menemukan Syaikh Umar bin Maimun telah meninggal, maka beliau memandikan dan menguburkannya. Sesudah itu beliau ke Tarim.
Imam Abdullah seorang yang bersifat dermawan. Beliau menginfaqkan hartanya untuk keluarga Alawiyin yang ada di Tarim. Syaikh Ali bin Salim menceritakan: "Pada suatu hari beliau mendapat uang sebesar lima ratus dinar, maka dibagikannya uang tersebut kepada keluarganya tanpa meninggalkan sedikitpun untuknya".
Imam Abdullah Ba'alawi adalah seorang yang banyak menangis karena rasa takutnya kepada Allah swt terutama ketika sedang membaca alquran hingga terlihat matanya bengkak. Dan salah satu kebiasaannya, beliau sering beri'tikaf di masjid mulai sebelum subuh sampai terbit matahari. Pada waktu i'tikaf diisi dengan shalat dan membaca alquran. Setelah terbit matahari beliau pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian beliau kembali lagi ke masjid untuk mengkaji ilmu sampai waktu sebelum dzuhur. Sesudah itu beliau pulang ke rumahnya untuk tidur sesaat dan beliau beristirahat di rumahnya sampai waktu shalat ashar tiba. Setelah itu beliau shalat ashar berjama'ah di masjid dan bermudzakarah dengan sahabatnya sampai waktu shalat maghrib, setelah shalat maghrib beliau membaca alquran sampai waktu shalat isya' dan setelah shalat isya beliau pulang kerumahnya.
Pada bulan Ramadhan beliau pergi ke masjid untuk shalat tarawih sesudah itu shalat dua rakaat. Dalam shalat itu, beliau membaca alquran sampai khatam. Kemudian beliau kembali ke rumahnya. Ketika waktu sahur tiba, beliau kembali lagi ke masjid hingga waktu shalat dzuhur. Setelah itu beliau mengkaji ilmu sampai waktu ashar.
Syaikh Muhammad Maula Dawilah berkata: "Tidak aku lihat dalam perjalananku dan selama hidupku orang seperti pamanku Abdullah Ba'alawi". Syaikh Abdurahman Assaqqaf berkata: "Para kaum ulama al-arifin bersepakat bahwa Syaikh Abdullah bin Alwi merupakan pemimpin kaum mujtahid yang mempunyai keramat yang khariqah".
Pada saat wafat beliau berumur sembilan puluh tiga tahun. Berkata Syech bin Abdullah Alaydrus: "Tidak ada dari keluarga Ba'alawi yang hidup umurnya melebihi sembilan puluh kecuali hanya tiga orang yaitu al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Syaikh Abdullah bin Alwi dan Syaikh Abdurahman Assaqqaf".
Imam Abdullah bin Alwi wafat pada hari Rabu bulan Jumadil 'Ula tahun 731 hijriyah. Pada hari wafatnya banyak orang yang hadir terutama dari kalangan kaum fuqara dan kaum lemah serta anak-anak yatim.
Menurut Imam Abdurraman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah, para ulama di zamannya telah sepakat, Imam Abdullah Ba’alawy adalah seorang Mujtahid-Ulama besar yang mampu melakukan ijtihad. Pendapat serupa datang dari Al-Faqih Ali bin Salim, “Aku pernah berada di Makkah bersama Imam Abdullah Ba’alawy di bulan Ramadhan. Setiap kali usai shalat Tarawih, kami melakukan shalat dua rakaat. Dalam dua rakaat tersebut kami membaca Al-Qur’an sampai habis. Kami tidak makan malam kecuali setelah dua ibadah tersebut. Sementara kami hanya berbuka puasa dengan seteguk air dan kurma.” Katanya.
Imam Andullah Ba’alawy adalah guru yang sangat bersungguh-sungguh dalam mendidik murid-muridnya, terutama dalam pelajaran Al-Qur’an.”Aku pernah belajar Al-Qur’an bersama beliau. Pelajaran kami tidak akan selesai kecuali setelah habis setengah dari Al-qur’an.” Kata Al-Faqih bin Salim.
Sosok Imam Abdullah Ba’alawy merupakan panutan dan suri teladan, terutama kedermawanannya. Beliau dikenal banyak berinfaq kepada semua keluarga Ba’alawy dan pembantu-pembantu mereka. Beliau menginfaqkan hartanya hingga hanya tersisa sedikit, termasuk untuk memakmurkan masjid dan ketikamenunaikan haji.
Beliau juga berinfaq dalam jumlah besar untuk majelisnya. Dari majelis itulah kemudian lahir para ulama besar, seperti Al-Faqih Ali bin Salim, Syekh Muhammad Basyu’aib, Syekh Umar Bawazir, Syekh Shaleh Fadhl bin Abdullah bin Fadhl Asy-Syihri, Syekh Bahamran, Syekh Khalil bin Syekh Bamaimun, Sayid Syekh Muhammad Maula Dawilah.
Imam Abdullah Ba’alawy wafat pada hari Rabu, pertengahan Jumadil Ula 731 H / 1311 M; meninggalkan tiga putra.
Imam Abdullah bin Alwi lahir di Tarim tahun 738 hijriyah. Beliau belajar tafsir , hadits dan tasawuf kepada kakek dan ayahnya, Imam Ahmad bin Abdurahman bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath, Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Beliau seorang yang zuhud, wara' dan menempati maqom wali besar yang terkumpul padanya ilmu-ilmu syariah dan hakikat. Disamping belajar di Tarim, beliau juga belajar kepada Syaikh Umar bin Maimun di Yaman dan setelah itu beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 670 hijriyah. Di Makkah, para penduduk di sana meminta kepada Imam Abdullah untuk berdoa agar hujan segera turun di kota itu. Maka dengan izin Allah swt hujan pun turun di Makkah. Banyak penduduk Makkah yang belajar ilmu kalam dan ilmu tasawuf kepadanya.
Setelah lama tinggal di Makkah, penduduk Tarim meminta beliau untuk pulang ke negerinya. Maka ia pun pulang ke Tarim melalui kota Zubaidi dimana kota tersebut banyak berkumpul para ulama besar, kemudian beliau ke kota Taiz dan kota Akur untuk berziarah kepada Syaikh Umar bin Maimun. Akan tetapi ketika sampai di kota tersebut beliau menemukan Syaikh Umar bin Maimun telah meninggal, maka beliau memandikan dan menguburkannya. Sesudah itu beliau ke Tarim.
Imam Abdullah seorang yang bersifat dermawan. Beliau menginfaqkan hartanya untuk keluarga Alawiyin yang ada di Tarim. Syaikh Ali bin Salim menceritakan: "Pada suatu hari beliau mendapat uang sebesar lima ratus dinar, maka dibagikannya uang tersebut kepada keluarganya tanpa meninggalkan sedikitpun untuknya".
Imam Abdullah Ba'alawi adalah seorang yang banyak menangis karena rasa takutnya kepada Allah swt terutama ketika sedang membaca alquran hingga terlihat matanya bengkak. Dan salah satu kebiasaannya, beliau sering beri'tikaf di masjid mulai sebelum subuh sampai terbit matahari. Pada waktu i'tikaf diisi dengan shalat dan membaca alquran. Setelah terbit matahari beliau pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian beliau kembali lagi ke masjid untuk mengkaji ilmu sampai waktu sebelum dzuhur. Sesudah itu beliau pulang ke rumahnya untuk tidur sesaat dan beliau beristirahat di rumahnya sampai waktu shalat ashar tiba. Setelah itu beliau shalat ashar berjama'ah di masjid dan bermudzakarah dengan sahabatnya sampai waktu shalat maghrib, setelah shalat maghrib beliau membaca alquran sampai waktu shalat isya' dan setelah shalat isya beliau pulang kerumahnya.
Pada bulan Ramadhan beliau pergi ke masjid untuk shalat tarawih sesudah itu shalat dua rakaat. Dalam shalat itu, beliau membaca alquran sampai khatam. Kemudian beliau kembali ke rumahnya. Ketika waktu sahur tiba, beliau kembali lagi ke masjid hingga waktu shalat dzuhur. Setelah itu beliau mengkaji ilmu sampai waktu ashar.
Syaikh Muhammad Maula Dawilah berkata: "Tidak aku lihat dalam perjalananku dan selama hidupku orang seperti pamanku Abdullah Ba'alawi". Syaikh Abdurahman Assaqqaf berkata: "Para kaum ulama al-arifin bersepakat bahwa Syaikh Abdullah bin Alwi merupakan pemimpin kaum mujtahid yang mempunyai keramat yang khariqah".
Pada saat wafat beliau berumur sembilan puluh tiga tahun. Berkata Syech bin Abdullah Alaydrus: "Tidak ada dari keluarga Ba'alawi yang hidup umurnya melebihi sembilan puluh kecuali hanya tiga orang yaitu al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Syaikh Abdullah bin Alwi dan Syaikh Abdurahman Assaqqaf".
Imam Abdullah bin Alwi wafat pada hari Rabu bulan Jumadil 'Ula tahun 731 hijriyah. Pada hari wafatnya banyak orang yang hadir terutama dari kalangan kaum fuqara dan kaum lemah serta anak-anak yatim.

KELUARGA Imam ABDULLAH Ba'Alawy bin ALWI al-Ghuyur bin Imam MUHAMMAD AL-FAQIH AL-MUQADDAM

Imam Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, wafat di Tarim tahun 731 H dikuburkan di sebelah Timur makam kakeknya al-Ustadz al-Faqih al-Muqaddam. Beliau dikaruniai tiga orang anak laki, bernama:
1. Ahmad, mempunyai anak bernama Muhammad Jamalullail.
Muhammad Jamalullalil mempunyai seorang anak laki bernama Abdullah, dan Abdullah mempunyai seorang anak laki bernama Ahmad (keturunannnya terputus)
2. Ali, wafat di Tarim tahun 784 H, (ibunya Ummu Maula Dawilah) dikaruniai:
anak perempuan:
a. Bahiyah (isteri dari Sayid Abdurahman Assaqqaf, ibu dari Ahmad, Muhammad, Abu Bakar, Umar Muhdhar dan Maryam)
b. Fathimah (ibu dari anak-anak Muhammad Jamalullail)
anak laki-laki:
a. Muhammad

b. Ahmad al-Abdullah Ba'alawi, keturunannya terputus.
c. Abdurahman
d. Abdullah, mempunyai dua orang anak laki:
1) Ahmad (keturunannya terputus)
2) Alwi al-Syaibah, mempunyai enam orang anak laki, dua diantara keturunan anaknya terputus, empat orang anak yang dikaruniai keturunan:
a. Umar (keturunannya sedikit dan terputus)
b. Muhammad (keturunan keluarga Aal-Masilah di Sawahil dan keluarga Barum di Du'an, India)
c. Abu Bakar, wafat di Tarim tahun 887 H, dikaruniai lima orang anak laki empat diantaranya terputus keturunannya. Adapun anaknya yang yang meneruskan keturunannya adalah Abdullah Al-Syili
d. Ahmad Qasam, mempunyai enam orang anak laki, empat diantaranya terputus keturunannya dan dua orang anak laki yang dikaruniai keturunan:
(1) Alwi (keturunannya di Qasam, terputus)
(2) Muhammad (Keturunannya keluarga Bin Junaid di Qasam, keluarga al-Achdhor, keluarga Junaid al-Achdhor di Saihut, Dasinah, Keluarga al-Jailani di Dua'an)
3. Muhammad, (ibunya Ummu Maula Dawilah), wafat di Tarim tahun 743 H, dikaruniai Empat orang anak laki, bernama:
a. Ali
b. Abdurahman, mempunyai empat orang anak laki:
1) Ahmad Babirik, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Hasan, wafat di Tarim tahun 885 H. Dikaruniai dua orang anak, Keturunannya terputus.
b. Ali, wafat tahun 909 H, keturunannya sedikit dan terputus.
c. Umar, keluarganya di Burdah, Surat, India.
2) Alwi al-Khuun, keturunannya terputus tahun 1139 H.
3) Muhammad Hamidan, mempunyai dua orang anak laki:
a) Abdul Qadir (keturunannya terputus)
b) Alwi Khirid, mempunyai lima orang anak laki, empat terputus keturunannya, sedangkan yang kelima bernama Ali, dikaruniai lima orang anak laki:
(1) Abdurahman
keturunannya terputus
(2) Abdullah
(3) Ahmad, wafat di Tarim tahun 957 H, keturunannya terputus
(4) Zein, kakek keluarga Khirid di Tarim.
(5) Muhammad
4) Ali Jahdab, mempunyai dua orang anak laki:
a) Abud (keturunannya sedikit dan terputus)
b) Muhammad al-Mualim, mempunyai seorang anak laki bernama Alwi, dan mempunyai empat orang anak laki, dua orang terputus keturunannya. Sedangkan anak yang dikaruniai keturunan:
(1) Ahmad bin Alwi Bajahdab ( Pemimpin Saadah Ba'alawi)
(2) Muhammad Hamdun, keturunannya keluarga Hamdun Jahdab di Habasyah.
c. Ahmad al-Aksah, wafat tahun 814 H, dikaruniai tiga orang anak laki:
1. Muhammad Barabi' (keturunannya sedikit dan terputus)
2. Umar Baraqbah, (keturunannya keluarga Baraqbah di Tarim, India, Jawa, Jambi, Cirebon, Palembang, Siak, Riau, Surabaya, Pekalongan)
3. Ali Dubjan, mempunyai seorang anak laki bernama Abdullah Abud ( kakek keluarga Ba'bud Dubjan di Qasam, Ghaizhah, Jawa )
d. Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad al-Munaffir, dikaruniai enam orang anak laki:
1) Abdul Qadir

2) Ahmad keturunannya sedikit dan terputus
3) Ali
4) Alwi
5) Abdurahman al-Munaffir, keturunannya keluarga Munaffir di Tarim, Malabar, Jawa dan keluarga Bin Hamid di Tarim.
6) Abdullah Wathob, wafat tahun 884 H, dikaruniai enam orang anak laki:
a) Alwi Hawilah
b) Ahmad Marzaq, mempunyai delapan orang anak dua terputus keturunannya. Sedangkan yang meneruskan keturunannya:
(1) Muhammad
keturunannya sedikit di Zili', Yaman.
(2) Ali
(3) Abdullah keturunannya terputus.
(4) Abdurahman
(5) Alwi al-Riqoq keturunannya di Baijapur
(6) Syech keturunannya keluarga Al-Masyhur Marzaq di Bangil, dan keluarga Marzaq di Syibam dan Jawa.
c) Umar Fad'aq, wafat tahun 910 H, dikaruniai enam orang anak laki:
(1) Muhammad

(2) Sulaiman keturunannya sedikit dan terputus
(3) Ahmad
(4) Ali keturunannya keluarga Fad'aq di India dan keluarga Abu Numai di Buusy, Habasyah, Syihir, Pekalongan, Gail, Malabar, Kelantan.
(5) Alwi, keturunannya keluarga Fad'aq di India.

(6) Ibrahim, mempunyai dua orang anak laki, bernama:
(a) Abdurahman al-Mualim (keturunannya di Qasam, terputus)
(b) Abdullah (keturunannya di Zhufar)
d) Muhammad, mempunyai lima orang anak laki, tiga terputus keturunannya, sedangkan yang meneruskan keturunannya adalah:
(1) Abu Bakar (keturunannya sedikit dan terputus)
(2) Ahmad Mudhir, mempunyai dua orang anak laki:
(a) Mubarok (keturunannya di Zhufar)
(b) Abdullah Mudhir, mempunyai tiga orang anak laki:
I) Abu Bakar (keturunannya di Surat)
II) Salim (keturunannya di Dahli dan Surat)
III) Mubarok Mudhir, mempunyai tiga orang anak laki:
(i) Syech
(ii) Abdullah
(iii) Alwi (keturunannya keluarga Mudhir di Makkah, Zhufar dan keluarga Muthohar di Qasam)
e) Mubarok, mempunyai tiga orang anak laki:
(1) Alwi
keturunannya sedikit dan terputus
(2) Ali
(3) Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad, dikaruniai dua orang anak laki:
(a) Hasyim, mempunyai dua orang anak:
i) Toha
ii) Muhammad, mempunyai dua orang anak di Aden.
(b) Fad'aq, keturunannya keluarga Fad'aq di Qasam.
f) Ali al-Mundarij, mempunyai seorang anak laki bernama Syech, dan Syech dikaruniai tujuh orang anak laki tiga diantaranya terputus keturunannya, sedangkan yang meneruskan keturunannya:
(1) Hasyim (keturunannya sedikit dan terputus)
(2) Umar (keturunannya sedikit)
(3) Abdullah, mempunyai tujuh orang anak laki:
a. Muhammad
b. Syech
c. Abu Bakar
d. Alwi keturunannya sedikit
e. Umar
f. Ahmad al-Majzub (keturunannya di Musyaqos)
g. Abu Numai(keturunannya keluarga Abu Numai di Gail Bawazir, Seiwun yang dikenal dengan Asy-Syatiri Abu Numai.
(4) Aqil, mempunyai tiga orang anak laki:
a. (Muhammad, wafat tahun 1005 H.
b. Syech, mempunyai dua orang anak laki, terputus keturunannya.
c. Abdullah, keturunannya keluarga Mudihij di Tarim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar